Hubungan Budaya dengan Sastra|Nur Romdani
Minggu, 02 April 2017
Nur Romdani
Universitas Gunadarma
Ahmad Nasher
HUBUNGAN BUDAYA DENGAN SASTRA
Budaya dan Bahasa
Ketika berbicara mengenai budaya, kita harus mau membuka pikiran untuk
menerima banyak hal baru. Budaya bersifat kompleks, luas dan abstrak. Budaya
tidak terbatas pada seni yang sering kali dilihat dalam gedung kesenian atau
tempat bersejarah, seperti museum. Tetapi, budaya merupakan suatu pola hidup
menyeluruh. Budaya mempunyai banyak aspek yang turut menentukan prilaku
komunikatif. Beberapa orang bisa mengalami kesulitan ketika berkomunikasi
dengan orang dari budaya lain. Hal ini dikarenakan budaya mempunyai
keistimewaan sendiri. Budaya masyarakat satu berbeda dengan masyarakat yang
lainnya sehingga seseorang harus bisa menyesuaikan perbedaan-perbedaannya.
Kebudayaan mempengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau
gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan
sehari-hari kebudayaan itu bersifat abstrak.
Ada banyak unsur yang membentuknya budaya, termasuk bahasa, adat
istiadat, sistem agama dan politik, perkakas, pakaian dan karya seni. Bahasa
merupakan perwujudan budaya yang digunakan manusia untuk saling berkomunikasi,
baik melalui tulisan, lisan ataupun gerakan.
Sebagai perwujudan budaya, bahasa dapat berperan dalam dua hal:
1.
Sebagai alat untuk berekspresi , berkomunikasi, mengadakan integrasi dan
adaptasi sosial
2.
Sebagai alat untuk mengadakan hubungan dalam pergaulan sehari-hari,
mewujudkan seni (sastra) , mempelajari naskah-naskah kuno dan mengeksploitasi
ilmu pengetahuan dan teknologi.
Pengaruh Budaya Terhadap
Sastra
Bahasa tidak hanya
menuai hubungan dengan budaya, tetapi juga sastra. Bahasa mempunyai peranan
yang penting dalam sastra karena bahasa punya andil besar dalam mewujudkan
ide/keinginan penulisnya. Banyak hal yang bisa tertuang dalam sebuah sastra,
baik itu puisi, novel, roman, bahkan drama. Setiap penulis karya sastra hidup
dalam zaman yang berbeda dan perbedaan zaman inilah yang turut ambil bagian
dalam menentukan warna karya sastra mereka. Oleh karena itu, ada beberapa
periode dalam penulisan karya, seperti Balai Pustaka, Pujangga Baru, Angkatan
45, Angkatan 66 dan sebagainya. Setiap periode mengangkat latar belakang yang
berbeda-beda sesuai zaman dan budaya saat itu.
Perbedaan karya
sastra setiap periode bukanlah semata-mata karena ide/gagasan dari penulisnya.
Perbedaan ini dipengaruhi oleh kondisi sosial, politik dan budaya yang terjadi
pada saat itu. Bahkan, jika kita mau menuntut karya sastra dari awal sampai
sekarang dan meneliti lebih dalam mengenai latar belakang ideologi saat itu,
kita bisa mendapati bagaimana proses perjalanan Bangsa Indonesia. Meskipun
karya sastra di Indonesia bisa dibilang hampir pada posisi tengah, tidak
terlalu menonjol dan tidak terpuruk, namun perlu disadari bahwa budaya barat
sedikit demi sedikit, dari waktu ke waktu, turut mempengaruhi karya sastra
Indonesia. Para peneliti sastra pun menjadi asing dengan dengan tradisi yang
dimiliki oleh sejarah panjang sastra di Indonesia, melalui karya-karya sastra
yang ada.
Budaya dan sastra
mempunyai ketergantungan satu sama lain. Sastra sangat dipengaruhi oleh budaya,
sehingga segala hal yang terdapat dalam kebudayaan akan tercermin didalam
sastra. Masinambouw mengatakan bahwa sastra (bahasa) dan kebudayaan merupakan
dua sistem yang melekat pada manusia. Jika kebudayaan adalah sistem yang
mengatur interaksi manusia didalam masyarakat, bahasa (sastra) adalah suatu
sistem yang berfungsi sebagai sarana berlangsungnya interaksi.
Sebagai contoh,
kesusastraan Indonesia. Kesusastraan Indonesia menjadi potret sosial budaya
masyarakat Indonesia. Tidak jarang, kesusastraan Indonesia mencerminkan
perjalanan serjarah Indonesia, kegelisahan kultural dan manifestasi pemikiran
Bangsa Indonesia. Misalnya, kesusastraan zaman Balai Pustaka (1920-1933).
Karya-karya sastra pada zaman itu menunjukan problem kultural ketika Bangsa
Indonesia dihadapkan pada budaya Barat. Karya sastra tersebut memunculkan
tokoh-tokoh (fiksi) yang mewakili golongan tua (tradisional) dan golongan muda
(modern). Selain itu, ada budaya lama, seperti masalah adat perkawinan dan
kedudukan perempuan yang mendominasi novel Indonesia pada zaman Balai Pustaka.
Sekarang ini, novel Indonesia cenderung menyajikan konflik cinta, sains,
kekeluargaan, dll..
Referensi: www.sabda.org/publikasi/e-penulis/127
http://tugasibd3.blogspot.co.id/
http://tugasibd3.blogspot.co.id/
Kesimpulan :
Kenyataan bahwa bangsa indonesia berdiri atas suku bangsa dengan
segala keanekaragaman budaya yg tercemin dalam berbagai aspek
kebudayaannya, yg biasanya tidak lepas dari ikatan2 primordial,
kesukaan, dan kedaerahan .
Proses pembangunan yg sedang berlangsung dan terus menerus
menimbulkan dampak positif dan negatif berupa terjadinya perubahan dan
pergeseran sistem nilai budaya sehingga dengan sendirinya mental
manusiapun terkena pengaruhnya .
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi menimbulkan perubahan
kondisi kehidupan mausia, menimbulkan konflik dengan tata nilai
budayanya, sehingga manusia bingung sendiri terhadap kemajuan yg telah
diciptakannya.
Saran :
Di era
modernisasi sering kali kita melupakan kultur bahasa yang baik sehingga
banyak bahasa lama yang berubah bahkan di tinggalkan, kita sebagai
generasi penerus harus selalu menjaga dan menggunakan bahasa yang baik
dan benar, selain itu sebaiknya kita bisa menyaring budaya-budaya yang datang ke Indonesia.
Komentar
Posting Komentar